Alasan Mengapa Kamu Harus Nge-Rok

Berikut merupakan tulisan dari Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) BEM KM FT UNAND.

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain tempat tinggal dan makanan yang berfungsi untuk menutup dan melindungi bagian-bagian tubuh manusia. Secara umum, pakaian yang digunakan oleh seseorang haruslah sesuai dengan situasi kondisi yang ada agar tidak menyebabkan masalah baik pada diri sendiri maupun orang lain di lingkungan sekitarnya. Rok adalah salah satu identitas perempuan dalam hal pakaian, meskipun ada juga penggunaan rok oleh laki-laki seperti budaya di Skotlandia, namun di Indonesia hal ini akan terlihat abnormal. Faktanya, saat ini banyak perempuan yang cenderung memilih celana daripada rok untuk menjadi pakaian sehari-harinya. Pergeseran penggunaan rok menjadi celana dilatarbelakangi dengan alasan demi kemudahan dalam bergerak, lebih simpel, dan tingkat kemodisan dalam berpakaian.

Fakultas Teknik yang didominasi oleh kaum laki-laki kerap menimbulkan persepsi bahwa perempuan teknik adalah pribadi yang tomboy, kuat, bukan pesolek, dan tidak ada waktu untuk memanjakan diri sebagai seorang perempuan. Pemilihan rok sebagai pakaian sehari-hari berada pada urutan terakhir bahkan mungkin tidak dimasukkan dalam daftar pilihan. Tapi apakah persepsi tersebut benar adanya? Departemen Pemberdayaan Perempuan (DPP) BEM KM FT UNAND melakukan suatu riset penggunaan rok di Fakultas Teknik Universitas Andalas untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Berdasarkan hasil riset yang telah dipublikasikan tanggal 21 Oktober 2017, responden terdiri dari perempuan 66,17% dan laki-laki 32,83%, sedangkan ada 1% yang tidak mengisi identitas gender. Dari seluruh responden perempuan, didapatkan data bahwa 57,89% adalah pengguna rok dan hanya 1,50% yang menjawab tidak pernah. Sisanya mengaku menggunakan rok hanya pada saat-saat tertentu atau karena unsur keterpaksaan. Data ini bukan merupakan data konkrit karena jumlah perempuan yang mengikuti riset ini tidak mencapai 20% dari jumlah perempuan yang ada di Fakultas Teknik, tapi cukup untuk memberikan gambaran bahwa rok juga termasuk ke dalam dresscode perempuan teknik. Untuk mendapatkan data konkrit harus dilakukan perhitungan secara manual (bisa dengan metode work sampling atau stopwatch) jumlah pengguna rok pada setiap angkatan di semua jurusan, karena suatu riset yang bersifat sukarela hanya dapat memberikan gambaran umum, bukan data konkrit.

Alasan perempuan di Fakultas Teknik tidak menggunakan rok adalah karena rok  membatasi pergerakan (48,76%), dinilai lebih mudah kotor (4,48%), saat berjalan harus disingsingkan karena panjang (1,99%), bahkan tidak sedikit yang tanpa alasan (44,78%). Faktanya, para pengguna rok di Fakultas Teknik tidak merasa terganggu saat harus turun ke lapangan menggunakan rok, hal ini tidak membatasi perempuan-perempuan tersebut beraktivitas. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang aktif berorganisasi, berkontribusi sebagai asisten laboratorium, dsb. Rok celana juga hadir sebagai solusi dan pilihan jika rok dinilai membatasi pergerakan.

Jika dikaji dari sisi fashion, rok pendek cenderung membuat pemakainya terlihat modis, sedangkan rok panjang membuat pemakainya anggun. Sebenarnya hal ini bernilai subjektif, dimana tergantung jenis rok yang dipakai dan orang yang memakainya. Tapi secara umum, penggunaan rok menciptakan lingkungan yang nyaman disekelilingnya. 69,65% responden menyatakan suka melihat perempuan memakai rok, 22,39% merasa biasa saja, 5,97% menilai tergantung orang yang memakainya. Hampir tidak ada orang yang tidak suka melihat perempuan memakai rok.

Jika dikaji dari kacamata kesehatan, belum pernah ada penelitian  mengenai pengaruh rok bagi kesehatan. Namun penggunaan celana yang ketat dapat memberikan ancaman kesehatan terutama bagi seseorang yang memiliki aktifitas padat dan banyak bergerak. Di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia, celana ketat dapat menyebabkan kulit menjadi sulit bernapas dan lembab karena keringat. Kondisi ini menyebabkan jamur lebih mudah berkembang yang mengakibatkan gatal-gatal, iritasi, bahkan gangguan pada organ reproduksi. Selain itu penggunaan celana ketat juga dapat menyebabkan penyumbatan sirkulasi darah di sekitar paha, selangkangan dan organ rahim (varises). Menggunakan rok dapat menjadi pilihan untuk menghindari hal tersebut.

Pergaulan seorang pengguna rok lebih terbatas dibandingkan yang bukan pengguna rok. Hal ini benar adanya karena ada label di masyarakat bahwa perempuan pengguna rok (umumnya rok panjang) adalah perempuan baik, bukan perempuan bebas. Namun penampilan seseorang sejatinya tidak membatasi pergaulan, tapi tergantung kepada pribadi orang tersebutlah yang membatasi pergaulannya. Hanya saja secara naluriah manusia menilai orang lain pertama kali dari penampilannya, dan pengguna rok identik dengan pribadi yang kalem. Hal ini tidak merugikan seorang perempuan, karena dengan demikian orang lain akan lebih menjaga dan menghormatinya sebagai seorang perempuan.

Pernah dilakukan sebuah penelitian di University Hertfordshire (Inggris) mengenai pengaruh rok terhadap tingkat percaya diri seorang perempuan, walaupun penelitian ini adalah untuk wanita karir, bukan pelajar atau mahasiswa. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengguna rok memberikan kesan pertama yang lebih baik dan cenderung lebih percaya diri dalam bekerja sehingga mengarahkan pada keberhasilan berkarir di tempat kerja. Contoh lainnya, dalam suasana formal seperti presentasi dan sidang, seorang perempuan akan terlihat lebih profesional dan menarik jika menggunakan rok, sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri perempuan tersebut. Namun hal ini tidak berlaku untuk semua rok. Perempuan harus berhati-hati untuk tidak menggunakan rok yang terlalu mini, karena berdasarkan hasil penelitian lain pakaian yang provokatif memberi kesan status profesional yang rendah.

Hasil kajian ini dibuat untuk membuka pikiran kita semua bahwa penggunaan rok di Fakultas Teknik bukanlah suatu hal yang asing lagi. Pencitraan perempuan teknik yang tomboy dan tidak memperhatikan penampilan tidak sepenuhnya benar, karena banyak perempuan-perempuan anggun yang tangguh di Fakultas Teknik. Dengan pertimbangan dari segi kesehatan, hubungan pergaulan, dan tingkat kepercayaan diri, seharusnya tidak ada perempuan yang phobia terhadap rok, bahkan sewajarnya rok menjadi pakaian favorit perempuan, tidak terkecuali perempuan-perempuan Fakultas Teknik.

© BEM KM FT UNAND

Lihat juga: Hasil kajian Perempuan dan Rok DPP BEM KM FT UNAND

#DepartemenPemberdayaanPerempuan
#BemKmFtUnand
#PerempuanPunyaPeran
#RisetdanKajianRok
#KuyNge-Rok

2 Comments

Filed under Interest, kajian

2 responses to “Alasan Mengapa Kamu Harus Nge-Rok

  1. agneesningtyas

    Hallo, saya tertarik untuk menggunakan data yg ada dalam tulisan ini untuk penelitian saya. Bolehlah saya meminta sumber referensinya? Terimakasih 🙂

    • Halo kak agnes..
      Wah, boleh kak, ini datanya milik DPP BEM KM FT UNAND kak..
      Kakak bisa menghubungi admin BEM KM FT UNAND lewat instagram atau media sosial lainnya.
      Semoga bermanfaat kak..

Leave a comment